Kompetisi paling atas di pentas sepak bola nasional, Indonesia Super League dinilai Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) tidak lebih baik dari Indonesian Premier League (IPL). Itu karena, kedua kompetisi yang tengah berebut status sebagai yang terbaik, gagal mensejahterakan para insan yang terlibat di dalamnya. Karena itu, APPI menyarankan agar kedua belah pihak melakukan rekonsiliasi.
"Pemain dan tim pelatih masih kesulitan hidup layak. Itu karena, banyak klub gagal dalam memenuhi kewajiban membayarkan gaji. Terbukti, banyak klub ISL dan IPL yang tidak gajian lebih dari dua bulan," terang Presiden APPI, Ponaryo Astaman, kepada para wartawan di Jakarta, Senin (28/5).
l
Ponaryo melanjutkan, APPI meminta agar klub-klub segera memenuhi hak pesepakbola, termasuk izin kerja bagi pesepakbola asing yang telah disepakati dan diatur dalam kontrak selambat-lambatnya hingga 7 Juni.
"Apabila tidak ditepati, maka kami mogok bertanding. Kami akan melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan serta memberikan kekuasaan dan wewenang kepada APPI untuk melakukan pembicaraan dengan pihak klub yang bermasalah termasuk serta tidak terbatas dalam upaya hukum yang tegas sesuai dengan ketentuan dan hukum yang berlaku," tegasnya.
Ke depannya, Ponaryo berharap klub-klub dapat memberikan jaminan keberlangsungan operasional dan finansial klub, minimal satu musim. Sehingga, dilanjutkannya, para pesepakbola dapat fokus dalam menjalankan pekerjaannya.
"Untuk itu, kami akan meminta FIFA untuk mengawal klub dalam melaksanakan kewajibannya terhadap pesepakbola," ujarnya.
”Persoalan gaji memang dilematis, sebab mempengaruhi mental bertanding para pemain. Semangat pemain akan berkurang dan mengendurkan semangat juang. Akibatnya, mempengaruhi hasil yang akan dicapai klub di akhir kompetisi," tukasnya.
Lebih jauh, pemain asal klub Sriwijaya FC tersebut meminta agar PSSI tidak lagi membeda-bedakan pemain ISL dan IPL dalam memperkuat timnas.
Semua pemain ISL dan IPL, diharapkan APPI, harus mendapatkan kesempatan untuk dipanggil dan diseleksi tim pelatih timnas. Selanjutnya, mereka harus diberikan permohonan khusus kepada AFC dan FIFA agar diizinkan bermain di timnas
"Pemain dan tim pelatih masih kesulitan hidup layak. Itu karena, banyak klub gagal dalam memenuhi kewajiban membayarkan gaji. Terbukti, banyak klub ISL dan IPL yang tidak gajian lebih dari dua bulan," terang Presiden APPI, Ponaryo Astaman, kepada para wartawan di Jakarta, Senin (28/5).
l
Ponaryo melanjutkan, APPI meminta agar klub-klub segera memenuhi hak pesepakbola, termasuk izin kerja bagi pesepakbola asing yang telah disepakati dan diatur dalam kontrak selambat-lambatnya hingga 7 Juni.
"Apabila tidak ditepati, maka kami mogok bertanding. Kami akan melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan serta memberikan kekuasaan dan wewenang kepada APPI untuk melakukan pembicaraan dengan pihak klub yang bermasalah termasuk serta tidak terbatas dalam upaya hukum yang tegas sesuai dengan ketentuan dan hukum yang berlaku," tegasnya.
Ke depannya, Ponaryo berharap klub-klub dapat memberikan jaminan keberlangsungan operasional dan finansial klub, minimal satu musim. Sehingga, dilanjutkannya, para pesepakbola dapat fokus dalam menjalankan pekerjaannya.
"Untuk itu, kami akan meminta FIFA untuk mengawal klub dalam melaksanakan kewajibannya terhadap pesepakbola," ujarnya.
”Persoalan gaji memang dilematis, sebab mempengaruhi mental bertanding para pemain. Semangat pemain akan berkurang dan mengendurkan semangat juang. Akibatnya, mempengaruhi hasil yang akan dicapai klub di akhir kompetisi," tukasnya.
Lebih jauh, pemain asal klub Sriwijaya FC tersebut meminta agar PSSI tidak lagi membeda-bedakan pemain ISL dan IPL dalam memperkuat timnas.
Semua pemain ISL dan IPL, diharapkan APPI, harus mendapatkan kesempatan untuk dipanggil dan diseleksi tim pelatih timnas. Selanjutnya, mereka harus diberikan permohonan khusus kepada AFC dan FIFA agar diizinkan bermain di timnas
0 komentar:
Post a Comment